Inilah Sejarah 4 Geng Motor Terbesar di Indonesia (Bandung)
Ada
empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker , Grab
on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez).
Keempat geng itu sama- sama eksis dan memiliki anggota di atas 1000
orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah pinggiran Jawa
Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan
Subang.
Kita mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor
di Bandung. Moonraker lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini,
dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama hobi balap.
MOONRAKER

Nama “Moonraker” diambil dari salah satu judul film James Bond yang
kondang ketika itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna
putih-biru-merah dengan gambar palu arit di tengahnya. Namun, karena
pemerintah Indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik
komunisme (yang bersimbolkan palu arit), mereka lalu mengganti bendera
kebanggaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar
ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di
Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem
keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan
membuat program-program kerja. Struktur Organisasinya terdiri atas
Divisi Balap, Panglima Perang (Paper), dan Tim SWAT atau regu
penyelamat.
“Panglima Perang” mungkin terdengar unik dalam sebuah organisasi
pencinta motor. Istilah ini biasanya digunakan oleh lembaga keamanan
atau kelompok bersenjata. Di Moonraker sendiri, Panglima Perang bertugas
mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat
keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain. Jika ada
keputusan perang, informasi menyebar ke seluruh anggota paling lama
dalam waktu 24 jam.
Bagi para pembangkang yang melanggar tata tertib organisasi, sudah
disiapkan tempat yang mereka sebut dengan nama “Sel 13,” semacam
mahkamah pengadilan. Tempat ini paling dihindari oleh semua anggota.
Jangan mengharap sebuah proses hukum layaknya sebuah lembaga pengadilan.
Di sini para pembangkang itu akan mendapat penyiksaan dari
senior-seniornya.
Kategori pelanggaran itu antara lain memakai dan mengedarkan narkoba,
bertindak melanggar hukum dan menjalin hubungan kasih dengan sesama
anggota Moonraker. Pengikut Moonraker semakin lama, terus membengkak.
Kini tercatat anggotanya mencapai 1.400 orang, tersebar di berbagai
wilayah.
Menurut Dandy Alfandy, salah satu pentolan Moonraker, sejak awal
kelompok ini berorientasi pada balapan. Konflik dengan geng XTC (musuh
terbesar Moonraker) pertama kali dipicu saat berlangsung kompetisi Road
Race piala Djarum Super tahun 90-an. Persoalannya sepele saja, hanya
senggol-menyenggol di arena balapan, entah siapa yang memulai.
Puncaknya, terjadi tawuran besar-besaran antara ke dua geng ini pada
tahun 1999. Satu orang meninggal dunia pada peristiwa itu. Hingga kini
dendam sejarah itu masih mengendap dari generasi ke generasi.
XTC (Exalt To Coitus)

XTC punya anggota lebih banyak dari Moonraker. Siapa mereka? XTC atau
Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan
nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak
berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru
muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan
solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang
diserang, maka yang lainnya akan membela.
Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC
se-Indonesia yang berpusat di Bandung, untuk memfasilitasi anggotanya
yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez
dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC. Brigez yang
paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya
permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez
menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.
“Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang
yang paling banyak anggotanya,” ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota
XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain.
Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk
mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan
melakukan perbutan wilayah. Perebutan wilayah termasuk upaya dalam
rangka memperluas daerah kekuasan dan meningkatkan prestise dikalangan
gengster. Menurut Felix, penyerangan biasanya dilakukan diam-diam ke
basis-basis lawan.
Anggota XTC, banyak anak-anak dari lingkungan TNI atau Polisi. Tak heran, jika terjadi perang senjata api banyak beredar.
Lalu, mngapa geng motor identik dengan kekerasan?“Itu karena aparat yang
menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering
merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan
perang. Tapi motor itu langsung kami bakar, tidak dijual atau dimiliki
oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi polisi
tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,”tambahnya.
Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang
bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security
Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tmpt nongkrong
anak-anak XTC. Dalam pertemuan itu, ketua XTC Avi Vabio akrab dipanggil
Pepi, juga ada. Usianya jauh lebih muda. Ia ternyata salah 1 karyawan
bank berplat merah di Jawa Barat.
Dadan slah seorang anggota XTC mengatakan bhwa telah terjadi selisih
paham di antara anggota XTC sendiri. “Ada kelompok yang berusaha
memanfaatkan massa XTC untuk kepentingan politik. Padahal harapan kami,
ada ruang untuk berkreatifitas,” ujarnya. Malam itu Dadan membawa anak
laki-lakinya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Pepi mengaku sering
diajak berunjukrasa dengan iming-iming uang. “Kami bahkan pernah
terlibat dalam tim sukses Aa Tarmana, kandidat Walikota Bandung, tapi
kalah,” kata Pepi. “Beberapa partai politik pernah meminta massa dalam
jumlah tertentu untuk kampanye. Pada pemilu 2004, partai Demokrat juga
meminta massa. Biasanya kami dibayar per kepala, ya lumayan
lah..”Beberapa hari lalu mereka juga mengirim 200 motor pada perayaan
ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung.
Pertengahan 2003, XTC mlakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang
kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung. Semua
anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa
karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat
ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat
banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang
kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator
ditahan di kantor Polwiltabes Bandung.
“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar
menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul
kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”